Rasulullah Melakukan Perjalanan Isra' Semoga Raj Hanya Dengan Ruhnya, Benarkah?

22 Agustus 2025 oleh
Rasulullah Melakukan Perjalanan Isra' Semoga Raj Hanya Dengan Ruhnya, Benarkah?
Islam Solusi


Assalamu'alaikum wr.wb.

Saya pernah mendengar bahwasanya Rasulullah SAW melakukan perjalanan Isra' Mi'raj hanya dengan ruhnya tanpa dengan fisiknya. Pertanyaan saya, apakah pernyataan tersebut benar? Mohon penjelasannya.


Salam sejahtera bagimu, wr. wb.

Bismillah, Rahman, Irrahim..

Isra' Mi'raj bunda Allah, Ahlus Sunnah dan Jamaah meyakini bahwa hal itu dialami oleh RUH dan JASAD sekaligus dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Inilah penjelasan Ibnu Abbas, Jabir, Anas, Khudzaifah, Umar, Abu Hurairah, Malik bin Sha`sha`ah, Abu Habbah Al Badriyyi, Ibnu Mas`ud, Dhahak, Said bin Jubair, Qatadah, Ibnu Musayyib, Ibnu Syihab, Ibnu Zaid, Al Hasan, Ibrahim, Masruq, Mujahid, Ikrimah, Ibnu Juraij, dengan dalil ucapan Aisyah dan pendapat for ulama ahli fiqh Muta`akhirin, ahli hadits, ahli bahasa, dan ahli tafsir.

Sebagian salaf, begitu pula sisa shalatnya, tanpa jasad. Konon, di antaranya adalah pendapat AISYAH Radhiallahu' Anha. Ini akan menjadi pilihan pertama bagi Anda. Mi'raj (perjalanan ke langit) pun tidak benar-benar terjadi. Tidak apa-apa dan mohon maaf, Insya Allah saya akan memberikan ketenangan pikiran.

Anggapan itu didasari sebuah riwayat darinya yang menyebut Isra'-nya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam itu tidak dialami jasadnya. Dalam Sirah An Nabawiyah (2/46) karya Ibnu Hisyam, disbutkan oleh Aisyah Radhiallahu 'Anha:

Jasad Rasulullah saw. tidaklah hilang, namun Allah mengambil ruhnya pada suatu perjalanan malam.

Jasad Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidaklah terangkat tetapi Allah meng-Isra' kan dengan RUHnya saja.

Aku sangat mencintaimu, aku mencintaimu DHA'IF , aku sangat mencintaimu, aku mencintaimu PALSU .

Imam Ibnu Abdil Bar Rahimahullah mengatakan:

Ini adalah kebohongan yang nyata, karena Aisyah tidak bersama Nabi pada waktu Isra Mi'raj, tetapi beliau membawanya ke Madinah beberapa tahun kemudian.

Senang sekali mendengar kabar dari anda bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah meninggalkan rumah Isra, Aisyah lah yang mendoakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam setelah peristiwa itu Bertahun-tahun di Madinah.

(Al-Ajwibah Al-Mustasawwibah, ayat 134-135)

Syaikh Alawi as Saqaf mengatakan: “ DHA’IF , diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dengan sanad yang terputus.”

(Takhrij Ahadits azh Zhilal, hal. 229)

Syaikh Muhammad Rasyid Ridha juga berkomentar:

Kalian dapat menemukan dua hadits dari Aisyah dan Muawiyah yang menunjukkan bahwa Isra’ tidak disertai jenazah beliau yang mulia, dan kedua hadits ini tidak termasuk hadits yang dapat dijadikan hujjah oleh para ulama.

Beberapa hadis berasal dari Aisyah dan Muawiyah dan sisi lain dari Isra tidak terjadi dengan jasadnya mulia, namun kedua hadits tersebut bukanlah hadits yang dapat dijadikan hujjah oleh para ulama. (Al-Manar, 14/49)

Bulan ini, saya berdoa kepada Allah, semoga Allah memberkahi dan memberinya kedamaian. Allah Ta'ala berfirman:

Dan ia telah melihatnya pada turunan yang lain (13) di pohon bidara yang paling tinggi batasnya (14) Di dekatnya ada surga, (15) ketika pohon bidara itu menutupinya (16) maka penglihatannya tidak menyimpang dan tidak pula melampaui batas (17) Sesungguhnya ia telah melihat sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Tuhannya yang paling besar (18)

Dan Sesungguhnya Muhammad Telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang polos, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Inilah terakhir kalinya terungkap, (Muhammad adalah Jibril yang terbaik) yang akan keluar rumah setiap hari dan setiap hari. Penglihatannya (Muhammad) tidak diubah dari yang dilihatnya dan tidak (pula) melampauinya. Ini adalah hal terpenting yang harus saya lakukan. Inilah yang membuat saya bahagia. (QS. An Najm : 13-18)

Inilah alasan mengapa hal ini menjadi hal terpenting, karena Aisyah Radhiallahu 'Anha adalah orang yang berhak melakukannya, tetapi juga berhak melakukannya. Aisyah Radhiallahu 'Anha Bercerita:

Ketika Nabi, semoga Allah memberkatinya dan memberinya kedamaian, dibawa dalam Perjalanan Malam ke Masjid Al-Aqsa, orang-orang mulai membicarakannya, sehingga beberapa orang berbalik. Orang-orang yang telah percaya kepadanya dan membenarkannya dan mendengar tentang hal itu pergi ke Abu Bakar, semoga Allah meridhoinya, dan mereka berkata: "Apakah Anda memiliki teman Anda yang mengklaim bahwa dia dibawa dalam Perjalanan Malam ke Yerusalem tadi malam?" Dia berkata: "Atau apakah dia mengatakan itu?" Mereka berkata: "Ya." Dia berkata: "Jika dia mengatakan itu, maka dia telah mengatakan yang sebenarnya." Mereka berkata: "Atau apakah Anda percaya bahwa dia pergi ke Yerusalem tadi malam dan kembali sebelum pagi?" Dia berkata: "Ya. Saya percaya padanya dalam hal yang lebih jauh dari itu. Saya percaya padanya dalam berita dari surga di pagi hari atau di malam hari." Itulah sebabnya Abu Bakar disebut Jujur.

Ketika Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Isra (perjalanan malam) menuju Masjidil Aqsha, paginya beliau menceritakan hal itu kepada manusia dan manusia mengingkarinya. Inilah sebabnya aku merasa sedih, dan laki-laki yang tinggal di dalamnya, sama seperti laki-laki yang kucintai Abu Bakar Radhiallahu 'Anhu. Mereka berkata: “Apakah kamu mendengar sahabatmu bahwa dia mengira melakukan perjalanan malam hari menuju Baitul Maqdis?” Beliau (Abu Bakar) bertanya: “Tahukah kamu mengenai hal ini?” Mereka menjawab: “Ya.” Abu Bakar berkata: “Jika benar dia berkata demikian maka dia telah benar (shadaqa).” Mereka berkata: “Apakah kau yakin bahwa dia pergi pada malam hari ke Baitul Maqdis dan sudah pulang sebelum subuh?” Abu Bakar menjawab: “Oh, saya mengizinkannya meskipun pun dalam jarak yang lebih jauh dari itu.” Beliau mengizinkan berita dari langit baik pada pagi atau malam, oleh karena itu dia dinamakan Abu Bakar Ash Shiddiq.”

(HR. Al Hakim, Al Mustadrak No. 4407, Imam Al Hakim mengatakan: sanadnya shahih tetapi Bukhari – Muslim tidak meriwayatkannya. Imam Adz Dzahabi menyepakati keshahihan hadits ini)

Seorg ulama Hambali, Syaikh Shalih Fauzan Hafizhahullah berkata:

Isra dan Mi'raj melibatkan jiwa dan raga. Ini adalah pendapat mayoritas ulama, berdasarkan firman Allah SWT: {Maha Suci Allah yang membawa hamba-Nya melakukan perjalanan di malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, yang sekelilingnya telah Kami berkahi.} [al-Isra: 1] Kata 'hamba' mengacu pada jiwa dan raga, bukan hanya ruh. Dalam hadis Nabi (saw) tentang Isra dan Mi'raj, Jibril datang kepadanya dengan sebuah tunggangan bernama al-Buraq, dan beliau menyuruhnya menungganginya, dan beliau pergi ke Yerusalem dan salat bersama para nabi di sana... Semua ini menunjukkan bahwa tunggangan itu melibatkan jiwa dan raga. Ini adalah pendapat mayoritas ulama, dan hanya sebagian kecil yang tidak sependapat dengan mereka dalam hal ini.

Isra' Mi'raj terjadi dengan jasad dan ruh secara bersamaan, inilah pendapat sebagian besar ulama. Ada ayat dalam ayat ini: Semoga Allah memberikan keselamatan kepadamu, namun hal ini tidak lain hanyalah apa yang salah dengan Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha.(QS. Al Isra: 1).

Kata Al 'Abdu dapat memberi tahu Anda apa yang harus dilakukan dengan jasad tersebut, tetapi apa yang harus dilakukan dengan apa yang Anda inginkan. Hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah menceritakan tentang Isra Mi'raj; Ketika Jibril laki-laki datangi Beliau dengan mbawa hewan bernama Buraq, dia unungganginya, lalu dnegannya pergi menuju Baitul Maqdis dan shalat di sana bersama para nabi ………. Nampaknya banyak sekali orang yang bosan, lalu apa isinya, mana yang utama, dan juga apa yang sebaiknya dilakukan._ (Al Muntaqa min Fatawa Al Fauzan, 7/3)

Nama kesalahan pendapat ini tidak berdampak pada pengkafiran. Percaya atau tidak, tolong:

Adapun orang yang mengingkari isra' jasad, maka ia bukanlah orang yang kafir, karena sebagian ulama salaf berpendapat demikian. Mereka berkata: Isra' ruh itu hanya terjadi saat terjaga, bukan saat tidur. Meskipun pernyataan ini lemah dan tertolak, siapa pun yang menerimanya keliru, tetapi ia tidak menjadi kafir karenanya.

Ini Alasan Isra Mi'raj Tak Ada Jasadnya, Apa Bedanya, Apa Yang Salah dengan Dunia Lainnya? Tak perlu khawatir dengan cinta Isra, makanya ada yang salah dengan tempat ini. Saya adalah pendapat yang lemah, tetapi siapa pun yang mengambil dapat ini maka dia termasuk melakukan kesalahan, dan tidak dikafirkan karena itu. (Ibid)

Demikian. Wallahu a'lam

Jawaban - Ustadz Farid Nu'man Hasan, SS., M.Sos


Rasulullah Melakukan Perjalanan Isra' Semoga Raj Hanya Dengan Ruhnya, Benarkah?
Islam Solusi 22 Agustus 2025
Share post ini
Label
Arsip